SUMEDANG Yana Supriatna yang menghilang misterius di Cadas Pangeran, kini telah ditemukan di Desa Dawuan Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon
Tantas palavrasMeias palavrasNosso apartamentoUm pedaço de SaigonMe disse adeusNo espelho com batomVai minha estrelaIluminandoToda esta cidadeComo um céuDe luz neonSeu brilho silenciaTodo somÀs vezesVocê anda por aíBrinca de se entregarSonha pra não dormirE quase sempreEu penso em te deixarE é só você chegarPra eu esquecer de mimAnoiteceu!Olho pro céuE vejo como é bomVer as estrelasNa escuridãoEspero você voltarPra SaigonTantas palavrasMeias palavrasNosso apartamentoUm pedaço de SaigonMe disse adeusNo espelho com batomVai minha estrelaIluminandoToda esta cidadeComo um céuDe luz neonSeu brilho silenciaTodo somÀs vezesVocê anda por aíBrinca de se entregarSonha pra não dormirE quase sempreEu penso em te deixarE é só você chegarPra eu esquecer de mimAnoiteceu!Olho pro céuE vejo como é bomVer as estrelasNa escuridãoEspero você voltarPra Saigon
PANGERANATAS ANGIN Yang lebih dikenal masyarakat dengan nama mandi angin berada di desa karangmulya , majasem kota cirebon .Merupakan tempat persinggahan se
Pangeran Pasarean yang mempunyai nama asli Pangeran Muhamad Arifin dalam sejarah Cirebon disebut sebagai salah satu anak Sunan Gunung Jati yang cukup ternama, beliau merupakan anak Sunan Gunung Jati dari Rara Tepasan, Putri dari kerajaan Majapahit. Rara Tepasan merupakan satu-satunya wanita Jawa yang dinikahi oleh Sunan Gunung Jati, selain itu Rara Tepasan juga dikisahkan sebagai wanita yang paling cerdas dalam tata kelola keraton, mengingat Rara Tepasan merupakan Putri dari Ki Ageng Tepasan yang dahulu dididik di Istana Kerajaan Majapahit, oleh karena itu ia sangat akrab dengan tata kelola keraton. Baca Juga Rara Tepasan, Istri Sunan Gunang Jati Yang Mengubah Adat-Istiadat Sunda Dalam Keraton Cirebon Pangeran Pasarean merupakan anak bungsu dari Rara Tepasan, ia mempunyai kakak perempuan yang bernama Ratu Ayu Wanguran. Kakak perempuana satu-satunya itu kelak menikah dengan Pangeran Sabrang Lor, atau Pati Unus yang kemudian menjabat sebagai Sultan Demak ke II. Selama hidupnya, Pangeran Pasarean pernah menikah dua kali, yaitu dengan Ratu Dewi anak dari Ki Arya Kedung Soka, dan menikah dengan Ratu Nyawa, anak Pangeran Trenggono, Sultan Demak ke tiga. Dengan Ratu Dewi Pangeran Pasarean tidak dikaruni anak, akan tetapi pernikahannya dengan Ratu Nyawa dikaruniai 6 orang anak, yaitu Pangeran Kasatrian Pangeran Panembahan Losari Pangeran Sedang Kemuning/Swarga Berjuluk Dipati Carbon I Ratu Bagus Ratu Mas Tuban Pangeran Raju Dalam sejarah Cirebon, Pangeran Pasarean merupakan putra mahkota, ia diangkat menjadi putra mahkota setelah kakak tirinya Pangeran Bratakelana yang kala itu menjabat sebagai Putra Mahkota wafat dibunuh oleh perompak ditengah laut. Baca Juga Pangeran Bratakelana, Putra Sunan Gunung Jati Yang Wafat Tragis Ratu Nyawa sendiri pada mulanya merupakan istri kakaknya, akan tetapi selepas kewafatan kakanya, ia diperintahkan oleh Sunan Gunung Jati untuk mengawini janda kakaknya, tujuannya agar hubungan antara Cirebon dan Demak terus terjalin dengan direncanakan akan dijadikan Sultan Cirebon pengganti Sunan Gunung Jati, tapi rupanya Pangeran Pasarean wafat mendahului ayahnya, beliau wafat karena sakit di Demak. Sementara dalam versi lain beliau wafat terbunuh oleh Arya Penangsang karena membela Sunan Prawoto. Latar belakang tragedi terbunuhnya Pangeran Pasarean, diawali terbunuhnya Sultan Trenggono, oleh bocah pengiringnya, ketika mengadakan penyerangan ke Pasuruan. Kemudian, terjadilah huru hara di kalangan kerabat keraton Kesultanan Demak. Calon pengganti Sultan Trenggono adalah puteranya, Sunan Prawoto. Kekosongan tahta Demak, dimanfaatkan oleh Arya Penangsang, Bupati Jipang, putera Pangeran Sekar putera Raden Patah. Pangeran Sekar, adalah tokoh yang dibunuh oleh Sunan Prawoto, untuk memperlancar kenaikan tahta ayahnya, Sultan Trenggono. Atas restu gurunya, Sunan Kudus, Jipang menyerang Demak, dan Prawoto tewas di tangan Arya Penangsang. Pangeran Hadiri suami Ratu Kalinyamat, adiknya Prawoto, tewas pula. Pada saat peristiwa itu terjadi, putera mahkota Cirebon, Muhammad Arifin Pangeran Pasarean, sedang berada di Demak, ia pun tewas di tangan Arya Penangsang, karena berupaya membela Prawoto. Peristiwa itu sangat melukai hati Susuhunan Jati Cirebon. Sebelum menikah dengan janda kakanya, Pangeran Pasarean mulanya ditugaskan oleh Sunan Gunung Jati sebagai penjaga tapal batas Kesultanan Cirebon dengan Rajagaluh, akan tetapi selepas kematian kakaknya Pangeran Pasarean kemudian pindah ke Demak untuk mengabdi disana hingga kewafatannya. Baca Juga Keturunan Sunan Gunung Jati Dari Istri-IstrinyaPenulis Bung FeiEditor Sejarah Cirebon KeratonKasepuhan Cirebon atau Keraton Pakungwati, dibangun oleh Pangeran Cakrabuana atau sering dikenal dengan sebutan Mbah Kuwu Cerbon pada tahun 1430,berselang waktu kemudian Pangeran Cakrabuana mengganti nama menjadi Keraton Pakungwati yang sebelumnya nama pertamanya yaitu Dalem Agung Pakungwati, dikarenakan Pangeran Cakrabuana mempunyai kasih sayang terhadap putrinya yang bernama Ratu AyuCirebonadalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana. Atas petunjuk Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah.
Salahsatunya bisa dibuktikan dengan adanya Makam Keramat Syekh Maulana Muhammad Syafe'i atau yang lebih dikenal dengan julukan Pangeran Atas Angin yang berada di Kampung Keramat Wali RT01/RW07 Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.
gU9r2.